Segi Positif Ribuan Warung Kopi Di Aceh


Siapa yang tak kenal dengan Aceh? Selain sebagai pelopor diberlakukannya syari'at Islam, Aceh juga dikenal sebagai penghasil kopi terbaik yang terletak di dataran tinggi Gayo. Hal tersebut dimanfaatkan oleh banyak kalangan untuk membuka ribuan warung kopi sebagai peluang bisnis. Pasalnya, selain mendongkrak perekonomian, warung kopi juga menjadi sentral silaturrahmi bagi masyarakat Aceh (Khususnya Banda Aceh). 

Warung kopi dijadikan sebagai pusat berkumpulnya segala kalangan, mulai dari remaja sampai dengan orang tua. Hal ini memberikan corak kehidupan tersendiri bagi masyarakat Aceh. Warung kopi yang secara umum mempunyai jadwal yang sangat panjang, buka 24 jam.

Hal tersebut menjadi tambah menarik ketika ternyata ada banyak varian pengunjung yang secara rutin pada setiap harinya menyempatkan waktunya untuk duduk di warung kopi. Berikut ada beberapa hal positif yang menarik dari ribuan warung kopi di Aceh:

1. Mazhab Jama'ah Subuh

Jika kita keluar setelah subuh diseputaran Banda Aceh, ada hal menarik yang akan menarik pandangan kita, yaitu warung kopi yang dipenuhi oleh jamaa'ah subuh. Percaya atau tidak suasana ini rutin terjadi pada setiap setelah subuh. Dimana biasanya jama'ah pada masjid-masjid terdekat dengan warung kopi, tidak langsung kembali ke rumah, melainkan berkumpul pada salah satu warung kopi untuk merajut silaturrahmi. Di satu sisi, hal tersebut menjadi sebuah tradisi yang baik karena dapat dipastikan para penjagong warung kopi pada waktu itu adalah mereka yang baru selesai menunaikan ibadah salat subuh secara berjamaah.

2. Mazhab Pekerja Kantor

Pada umumnya, para pekerja yang memiliki rutinitas yang pasti pada setiap minggunya sering memanfaatkan warung kopi sebagai tempat transit sebelum masuk jam kerja dan pada saat istirahat kerja. Kebiasaan mengopi menjadi suatu tradisi yang harus diulangi pada setiap harinya.

Bagi para pencipta kopi, biasanya dengan meminum kopi sebelum memulai kerja akan menambah semangat dan meningkatkan kualitas kerja di kantor. Bahkan bisa saja, kinerja kerja menurun jika belum menyerut segelas kopi pada pagi harinya.

3. Mazhab Pelajar/Mahasiswa

Terakhir, kalangan yang tidak pernah absen dalam kumpulan penghuni warung kopi di aceh adalah pelajar atau mahasiswa. Generasi muda ini, biasanya selain menjadikan warung kopi sebagai tempat untuk berkumpul dengan teman, juga memanfaatkan warung kopi untuk mengerjakan berbagai macam tugas yang ada di sekolah maupun di kampus. Karena keberadaan warung kopi yang sangat banyak di Aceh, maka bisa dipastikan keberadaannya juga tidak berjauhan dengan sekolah maupun universitas.

Di sisi lain, tidak dapat kita pungkiri juga, bahwa warung kopipun memiliki segi negatif yang sulit untuk dihindari.

Post a Comment

0 Comments