Sebelum mengetahui lebih jauh tentang Image processing pada
astrofotografi, perlu kiranya untuk memahami terlebih dahulu mengenai teknik
astrofotografi hilal di BMKG. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa astrofotgrafi
di BMKG merupakan astrofotografi yang melakukan pengamatan terhadap hilal pada
saat setelah ghurub atau setelah mata hari terbenam. Astrofotografi yang
digunakan di BMKG secara umum terdiri atas beberapa peralatan, di antaranya:
Teleskop (Vixen ED 80 S dan Vixen ED 103), Mounting (Sphinx SXW dan
Sphinx SXD2), Kamera (Canon 60D dan Canon 550D), dan Laptop. Spesifikasi dari
peralatan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Jenis Teleskop
Model
|
Vixen ED 80 S[1]
|
Vixen ED 103[2]
|
Objective Lens
|
ED Apochomatic
|
ED Apochromatic
|
Effective Aperture
|
80mm
|
103mm
|
Focal Leght
|
600mm
|
795mm
|
Focal Raito
|
1 : 7.5
|
1 : 7.1
|
Light Gathering Power
|
131x
|
217 X
|
Resolving Power
|
1.45 arc sec.
|
1.13 arc sec.
|
Limiting Magnitude
|
11.3
|
11.8
|
Drawtube Diameter / 60mm-64mm
|
||
Thread / 60mm-42mmT
|
||
Push-fit 50.8mm-31.7mm
|
||
Tube Length
|
|
810mm
|
Tube Outer Diameter
|
|
115mm
|
Tube Weight (w/o accessory)
|
8.9 Kg
|
3.6 Kg
|
Tabel 3. 1; Spesifikasi Teleskop BMKG
2.
Jenis Mounting
Mounting Sphinx SXW dan Sphinx SXD2 merupakan sebuah mounting dengan
sistem Go-To Mount. Dimana dengan menggunakan Star Book mounting ini
mampu menampilkan kontrol horizontal dan vertikal yang dirancang untuk
mengarahkan teleskop dengan mudah pada objek. Ringan dan portabel, tunggangan
ini dapat disesuaikan untuk bercak lingkup dan teropong.
3.
Jenis Kamera (Detektor)
Model
|
Canon 550D[3]
|
Canon 60D[4]
|
ISO Range
|
100-6400
|
100-3200
|
Shutter Speed Range
|
1/4000, 1/60
|
1/8000, 30
|
Mega Pixel
|
18.7
|
18.0
|
Image Stabilization
|
Tidak
|
Ya
|
Resolusi Video
|
1920 x 1080
|
1920 x 1080
|
Ukuran File Foto
|
5184 x 3456
|
5184 x 3456
|
Ukuran
|
5.1 x 3.9 x 2.4 in
|
14.5 x 10.6 x 7.9cm
|
Berat
|
530 g
|
0.75 Kg
|
Tabel 3. 1; Spesifikasi Kamera BMKG
Secara umum peralatan di atas digunakan pada setiap lokasi pengamatan hilal
BMKG. Adapun tehnik astrofotografi yang dilakukan di BMKG terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu:
1.
Tahap Pemasangan Alat
a.
Tripot
Arahkan tripot ke arah Utara. Kaki tripot (bertuliskan South)
harus mengarah ke arah Selatan jika pengamatan berada di Lintang Selatan (LS);
mengarah ke Utara jika pengamatan di Lintang Utara (LU). Sejajarkan permukaan
tripot, lalu kunci semua kaki tripot. Selanjutnya pindahkan sekrup penghubung
kaki tripod ke atas tripod di lubang XS.
b.
Half Pilar
Pasang hal pilar di atas
tripod, luruskan half pilar dengan kaki pilar selatan. Jika pengamatan
LS. Jika pengamatan LU maka kaki pilar berada di utara. Gunakan Global
Positioning System (GPS), untuk mengetahui koordinat pengamatan, lalu catat
posisi lokasi pengamatan.
c.
Mounting.
Kendurkan semua pengunci, pasang mounting, arahkan kepala mounting
ke arah selatan, kunci semua (kiri, kanan, dan bawah).
d.
Pemberat Bagian Bawah
Tiang dipasang kira-kira 10 cm (3 jari) dan pasang pemberat. Buka
terlebih dahulu pengunci di bagian bawah tiang dan lalu pasang pemberat. Kunci Knop
RA (ada di samping kiri) setelah tiang pemberat berada pada posisi lurus
dengan kaki selatan.
e.
Teropong
Kendurkan pengunci, arahkan teropong ke arah timur apabila pengamatan di
LS dan ke arah barat jika pengamatan di LU. Kencangkan semua kunci setelah
memasang teropong.
f.
Kamera
Cek diagonal minor harus berada pada posisi benar, pasang ring pada
kamera. pasang diagonal minor di depan ring dengan cara di putar. Pasang kamera yang telah terpasang diagonal
minor pada teropong, sebelumnya buka pengunci pada teropong, setelah terpasang
kunci kembali.
g.
Penyeimbangan
Timbang teropong sebelum pasang pemberat. Kendurkan Knop RA,
tidurkan teropong, cek keseimbangan teropong bagian kanan dan kiri. Pasang
pemberat pada bagian yang ringan. Cek kembali keseimbangan, jika sudah
seimbang, berdirikan kembali teropong dan kendurkan kunci fokus lalu atur
fokusnya kemudian kencangkan kembali kuncinya. Cek posisi teropong, pastikan
tanda lurus.
h.
Koneksivitas
Sambungkan teropong dengan kabel Star Book dan kabel power.
Nyalakan teropong pada posisi On. Setting koordinat posisi
pengamatan, ketinggian dan waktu pada Star Book
Gambar 3.1; Rangkaian
Astrofotografi Hilal BMKG.
2.
Tahap Pengoperasian Teleskop
a.
Hubungkan kabel serial/ kabel data dari mounting
ke Star Book.
b.
Hubungkan kabel power ke mounting.
c.
Hidupkan mounting dengan menekan
tombol On/Off.
d.
Setting Star Book.
e.
Pilih Local Time Setting. Untuk
mengatur waktu (Tahun: Bulan: Tanggal: Jam: Menit: UTC (7,8,9)).
f.
Pilih Locate. Untuk mengatur
koordinat lokasi pengamatan.
g.
Klik Save Setting. Pilih Ok. Pilih Confirm.
Kemudian pilih Ok.
h.
Setiap mengoperasikan teleskop dengan Star
Book, pilih Chart.
i.
Lalu pilih object. Pilih Sun Moon
Planet. Maka akan muncul daftar Sun, Moon, Venus, Merkurius, dan lain-lain.
Pilih Sun kemudian select, kemudian Go To, maka teleskop
akan bergerak ke Matahari.[5]
j.
Apabila shooting Matahari kurang
tepat, maka gerakkan kursor kuning merah untuk membuat posisi Matahari tepat
ditengah-tengah display kamera.
k.
Kemudian coba shooting ke Bulan.
l.
Kemudian cek kembali dengan shooting
ke Matahari.
m.
Kemudian cek lagi shooting ke Bulan.
3.
Tahap Pengoperasian pada Desktop
a.
Buka Split Cam.
b.
Buka EOS Application. Pilih Camera
Setting, lalu pilih live view shoot, atur ISO dan shutter speed.
c.
Kembali ke halaman Split Cam. Klik source
pilih desktop, pilih rectangular (paling kanan), seleksi layar live
view desktop. Kembali ke Split Cam, klik source –record, simpan
file.
d.
Buka Adobe Flash. Pilih File-Open
Profile-cari file profile xml-nya. Device pilih split cam video
capture.
e.
Klik save to file (browse-pilih
dimana tempat untuk menyimpan).
f.
Klik Connect.
g.
Klik Start. Maka pengamatan dalam di
akses secara live streaming pada situs media.bmkg.go.id. dan
pemotretan citra hilal dengan menggunakan EOS Application.[6]
Secara umum proses pengamatan hilal di BMKG adalah sebagaimana terlihat
pada gambar berikut:
Gambar 3.2; Skema Rukyatul Hilal BMKG
Skema di atas menunjukkan bahwa pengamatan BMKG menggunakan teknologi
yang mumpuni dalam rukyatul hilal, mulai dari peralatan yang digunakan di
lokasi observasi (astrofotografi), hingga penggunaan server satelit agar dapat ditampilkan
secara video streaming hingga dapat di lihat oleh orang lain yang tidak
berada di lokasi pengamatan dengan mengakses situs http://media. bmkg. go.id/hilal.
Terdapat tiga output hilal yang muncul berkaitan dengan
teknik astrofotografi, yaitu:
1.
Hilal dapat terlihat pada kamera yang
ditampilkan pada laptop, kemudian dikonfirmasi oleh pengamat menggunakan mata
melalui bantuan eye piece pada teleskop.
2.
Hilal dapat terlihat pada kamera yang
ditampilkan pada laptop, namun pengamat tidak dapat melihatnya secara fisik.
3.
Hilal terlihat setelah pengamatan berakhir
(dengan pengolahan citra).[7]
Era teknologi tidak dapat dipisahkan dari multimedia, begitu juga halnya
dengan penggunaan teknologi astrofotografi sebagai teknik rukyatul hilal. Maka
akan selalu ada multimedia (dalam hal ini citra) yang membutuhkan pengolahan
lebih lanjut ketika belum tercapai informasi yang diinginkan pada gambar
tersebut.
Sebelum melakukan pengolahan citra terlebih dahulu harus mengetahui
orientasi hilal dan ukuran hilal dengan prediksi. Orientasi hilal untuk memprediksikan
arah kemiringan hilal terhadap sinar matahari, sedangkan ukuran hilal untuk
menentukan bentuk hilal dalam satu frame,
dengan diprediksikan besar hilal itu seperti apa.[8]
Pada umumnya terdapat 4 metode yang dapat dilakukan dalam Images
Processing pada astrofotografi untuk rukyatul hilal, di antaranya:
1.
Meningkatkan atau menurunkan kontras pada satu
citra hilal.
2.
Meningkatkan atau menurunkan kontras pada
beberapa citra hilal dengan memperhatikan konsistensinya.
3.
Penumpukan citra hilal tanpa kalibrasi.
4.
Penumpukan citra hilal dengan kalibrasi.[9]
Untuk memahami empat hal proses pengolahan di atas, berikut akan
dijelaskan secara terperinci dari masing-masing metode Image Processing:
1.
Meningkatkan atau menurunkan kontras pada
satu citra hilal.
Kontras dalam visual adalah sesuatu yang membuat sebuah objek atau
representasi dari objek tersebut dalam bentuk gambar dapat dibedakan dari objek
lain atau background. Kontras ditentukan oleh perbedaan dalam warna dan
tingkat kecerahan dari objek yang satu dengan yang lainnya dalam jangkauan
pandang yang sama.[10]
Dalam citra hilal kontras diperlukan untuk memperjelas ketampakan hilal
pada satu citra, karena biasanya citra hilal sering terlihat sama dengan background
atau objek lain seperti awan yang ada disekelilingnya, sehingga sulit
dipastikan apakah objek tersebut adalah hilal atau bukan, maka diperlukan peningkatan
kontras agar citra hilal lebih mendominasi.
Jadi, dalam peningkatan kontras pada satu citra hilal ini, pada dasarnya
dalam citra awal hilal telah terlihat atau tampak, namun peningkatan kontras
pada citra hilal tersebut dilakukan untuk lebih memperjelas hilal yang sudah
terlihat. [11] Perhatikan contoh gambar berikut!
Gambar 3.3; Citra Awal.
Gambar 3.4; Citra Sesudah Diproses.
2.
Meningkatkan atau menurunkan kontras pada
beberapa citra hilal dengan memperhatikan konsistensinya.
Fungsi kontras masih tetap sama dalam tahapan ini yaitu membuat sebuah
objek atau representasi dari objek tersebut dalam bentuk gambar dapat dibedakan
dari objek lain atau background.
Yang membedakan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah pada tahap ini
hilal belum dapat dipastikan terlihat atau tidak, namun kemungkinan terlihat
itu ada, sehingga pengolahan pada satu citra hilal saja tidak akan membantu.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah memperhatikan konsistensi ketampakan hilal
pada citra yang lain. Konsistensi yang dimaksudkan adalah adanya kesamaan
antara citra yang satu dengan citra yang lain, baik dari segi bentuk hilal,
maupun dari segi posisi atau letak hilal dalam citra satu dengan citra yang
lainnya.
Jika konsistensinya menunjukkan persamaan, maka dapat disimpulkan bahwa
yang terlihat seperti hilal tersebut adalah hilal. Dalam proses tersebutlah
kontras dinaikkan pada beberapa citra untuk lebih meyakinkan bahwa citra hilal
benar terlihat. [12] Perhatikan contoh gambar berikut!
Gambar 3.5; Citra Awal.
Gambar 3.6; Citra Sesudah Diproses.
3.
Penumpukan citra hilal tanpa kalibrasi.
Berbeda dengan tahap sebelumnya, pada tahap ini hilal tidak terlihat
dalam beberapa citra. Dan peningkatan kontras pada satu citra atau peningkatan
kontras pada beberapa citra dengan memperhatikan konsistensinya tidak membantu
untuk menampilkan citra hilal pada gambar. Tahapan selanjutnya yang mungkin
untuk dilakukan adalah menumpukkan beberapa citra hilal atau menggabungkan
beberapa citra menjadi satu.
Penumpukan tersebut tidak terbatas jumlahnya, bisa mencapai 100 citra
atau bahkan lebih banyak. Penumpukan citra tersebut akan menampilkan citra hilal
akhir, sehingga dapat dipastikan apakah hilal terlihat atau tidak. Jika citra hilal
terlihat, maka pada akan muncul suatu bentuk hilal pada tempat dan posisi yang
sama dalam citra yang telah ditumpuk tersebut. [13]
4.
Penumpukan citra hilal dengan kalibrasi.
Pada tahap terakhir untuk prosesnya hampir sama dengan tahap ketiga, yaitu
menumpukkan beberapa citra hilal menjadi satu citra untuk dapat mengetahui
apakah hilal terlihat atau tidak. Yang membedakannya adalah pada tahap keempat
ini sebelum melakukan penumpukan tersebut terlebih dahulu melakukan kalibrasi
terhadap citra hilal.
Kalibrasi tersebut dilakukan pada saat pengambilan citra dengan
alat-alat kaliblator, untuk meningkatkan Signal to Noise (S/N) Ratio,
lakukan perekaman citra bias (bias frame), citra gelap (dark frame),
dan citra medan datar (flat field frame).
Citra Bias diperlukan untuk mengoreksi ketidakteraturan setiap pixel
pada detektor dalam merekam data. Citra Gelap diperlukan untuk mengoreksi efek
panas dan derau elektronik pada detektor. Citra Medan Datar diperlukan untuk
mengoreksi permasalahan-permasalahan terkait dengan penjalaran cahaya dari
depan teleskop, lensa, hingga ke detektor.[14]
Di BMKG sendiri Image Processing yang sering dilakukan sejauh ini
hingga tahap pertama dan tahap kedua. Yaitu tahapan meningkatkan kontras pada
satu citra hilal dan beberapa citra hilal dengan memperhatikan konsistensinya. Terkadang
pernah juga melakukan percobaan pengolahan gambar hingga ke tahapan yang lebih
lanjut atau kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa hilal dengan ketinggian lebih
rendah dapat terlihat dengan teknik astrofotografi, meskipun mata telanjang
belum dapat melihatnya.[15]
[3] Lihat https://www.kameradigital.co.id/104022/kamera-canon-eos-50d-indonesia/,
di akses pada tanggal 25 Februari 2017, pukul 14.00 WIB.
[4] Lihat https://www.kameradigital.co.id/0117/harga-dan-spesifikasi-kamera-canon-eos-60d-lengkap-terbaru/
di akses pada tanggal 25 Februari 2017, pukul 14.26 WIB.
[5] Matahari sebagai tujuang shooting, untuk
bisa setting ulang fokus dan ketepatan settingan teleskop,
sehingga apabila shooting Matahari tepat, maka ketika shooting ke
Bulan juga akan tepat.
[6] Disusun berdasarkan observasi yang penulis
lakukan bersama BMKG pada tanggal 16 Februari 2018 di Pantai Anyer Banten,
Lihat juga Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dibuat oleh Evy Rosa.
[7] Wawancara
dengan Rukman Nugraha, pada tanggal 7 Februari 2018, pukul 09.00 WIB. di BMKG
Pusat, Jakarta Pusat.
[8] Wawancara
dengan Rukman Nugraha, pada tanggal 7 Februari 2018, pukul 09.00 WIB. di BMKG
Pusat, Jakarta Pusat.
[9] Wawancara dengan Rukman Nugraha pada tanggal
7 Februari 2018, pukul 09.00 WIB. di BMKG Pusat, Jakarta Pusat.
[10] John Felix, “Penggunaan Kontras Warna dalam
Fotografi”, Jurnal Humaniora, Vol.1, No.2, Oktober 2010, 309.
[11] Wawancara dengan Rukman Nugraha pada tanggal
7 Februari 2018, pukul 09.00 WIB. di BMKG Pusat, Jakarta Pusat.
[12] Wawancara dengan Rukman Nugraha pada tanggal
7 Februari 2018, pukul 09.00 WIB. di BMKG Pusat, Jakarta Pusat.
[13] Wawancara dengan Rukman Nugraha pada tanggal
7 Februari 2018, pukul 09.00 WIB. di BMKG Pusat, Jakarta Pusat.
[14] Wawancara dengan Rukman Nugraha pada tanggal
7 Februari 2018, pukul 09.00 WIB. di BMKG Pusat, Jakarta Pusat.
[15] Joko Satria A, dkk “Pensabitan Hilal
Menerusi Teknik Pengimejan”, dalam Dimensi Penyelidikan Asytonomi Islam
(Kuala Lumpur: Universiti Malaya, 2013), 102.
0 Comments