Terdapat banyak jenis dasar astrofotografi, sehingga sulit memasukkan
semuanya ke dalam kategori. Ada jenis astrofotografi yang hanya membutuhkan
kamera dan tripod, ada juga yang memerlukan drive khatulistiwa atau sidereal
untuk melacak benda langit, serta ada yang memerlukan lebih banyak peralatan
untuk secara aktif membimbing saat pengamatan.
1.
Teknik Dasar Astrofotografi
Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai teknik dasar astrofotografi, maka
terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai DSLR (Digital Single Lens Reflex), sebagai
salah satu detektor yang pokok dalam astrofotografi.
Kamera merupakan peralatan paling dasar yang mungkin
digunakan dalam astrofotografi. Beberapa kamera bekerja lebih baik daripada
kamera yang lain untuk jenis fotografi tertentu, namun yang terbaik untuk
astrofotografi adalah kamera yang benar-benar memiliki fitur manual. Fitur manual pada kamera akan
membantu pengaturan diafragma secara manual, pengaturan pencahayaan manual, dan
fokus manual.[1]
DSLR adalah kamera digital yang dirancang seperti film SLR (single-lens
reflex) dan memiliki kemampuan yang sama untuk mengganti lensa. DSLR bisa
dipasangkan untuk apapun yang dapat menangkap gambar, seperti kamera modern,
lensa tua yang sudah diadaptasi, atau teleskop, mikroskop, atau instrumen
lainnya.
Tidak seperti kamera digital lainnya, DSLR biasanya tidak menampilkan
citra pratinjau elektronik secara terus menerus. Sebagai gantinya, viewfinder
DSLR menggunakan cermin dan layar fokus untuk menangkap gambar secara optik,
sehingga dapat melihat dan memfokuskan melalui eyepiece.[2]
Saat melakukan pemotretan, cermin akan membalik, sensor gambar dinyalakan, dan
rana akan terbuka.
Alasan DSLR tidak menunjukkan citra elektronik secara terus menerus
adalah sensornya yang jauh lebih besar daripada yang ada di kamera digital compact.
Sensor besar tersebut lebih baik karena menghasilkan kebisingan yang jauh lebih
sedikit, terutama dalam eksposur panjang, namun mengoperasikan sensor besar
sepanjang waktu akan mengurangi baterai. Ini juga akan menyebabkan sensor
memanas dan menaikkan tingkat kebisingannya. Oleh sebab itu biasanya melihat melalui cermin, memfokuskan
melalui layar, dan eyepiece. [3]
Perhatikan gambar berikut!
Gambar 2.1; Eyepiece
dan Kamera.[4]
Tidak ada kamera yang bekerja sama persis. Kebanyakan DSLR memiliki
cukup kesamaan sehingga akan dijelaskan melalui poin-poin penting tentang cara
menggunakannya, namun harus tetap waspada terhadap pengecualian.[5]
Dalam astrofotografi tidak semua benda langit dapat dijangkau kamera digital
single lens reflex (DSLR). Seperti tampilan terperinci tentang planet,
Matahari, Bulan, galaksi, dan nebula memerlukan teleskop astronomi dengan mounting
tertentu untuk bisa mengambil gambarnya. Karena DSLR hanya terbatas pada frame
tertentu saja.[6]
Adapun teknik dasar dalam astrofotografi diantaranya:
Untuk mengatur aperture, beberapa kamera memiliki thumbwheel
kedua, dan yang lainnya memalingkan satu dan ada yang hanya thumbwheel
sambil menahan tombol +/-. Pada kamera Canon tidak ada aperture ring
pada lensanya, hanya bisa mengatur aperture dengan kontrol elektronik
dari dalam kamera. Untuk lensa Nikon sebagian besar memiliki cincin aperture,
untuk kompatibilitas dengan kamera manual yang lebih tua, namun dengan DSLR,
harus mengatur ring aperture pada lensa ke stop terkecil (nomor
tertinggi) dan mengendalikan aperture secara otomatis.
Jika tidak ada lensa yang terpasang, atau jika kamera menempel pada
sesuatu yang aperture-nya tidak dapat dikendalikan (seperti teleskop),
maka tidak akan dapat mengatur aperture. Namun tetap bisa memotret,
hanya saja sistem di dalam kamera tidak mendeteksi aperture-nya. [9]
b. Fokus
Manual
Dalam astrofotografi, untuk pemfokusan harus selalu dilakukan secara
manual. Pengaturan kamera juga harus diatur pada settingan manual,
karena jika kamera mencoba melakukan autofocus dan tidak dapat
melakukannya, maka akan menolak untuk membuka rana.
Pada kamera Canon, tombol manual/autofocus terdapat di lensa,
namun pada kamera Nikon, terdapat di body kamera. Tombol manual/autofocus
juga terdapat pada lensa dan body-nya, maka keduanya harus di atur
sama.
Foto-foto astronomi sulit difokuskan, namun DSLR dapat meninjau gambar
tepat setelah mengambilnya. Untuk memusatkan foto astronomi juga dapat
dilakukan dengan mengambil serangkaian eksposure uji coba, lalu
melihatnya di LCD pada perbesaran maksimum untuk melihat apakah citranya tajam.
Tanda tak terhingga (∞) pada lensa tidak sepenuhnya akurat, dan bagaimana pun,
pengaturan infinity akan bergeser sedikit saat lensa mengembang atau
berkontraksi dengan perubahan suhu.[10]
Fokus secara otomatis dapat dilakukan untuk memastikan ketepatan objek,
yaitu dengan memusatkan titik pada bintang terang atau planet pada titik fokus,
namun kebanyakan kamera tidak dapat mengunci fokus pada target tersebut. Perlu
untuk memeriksa ketajaman tembakan yang dihasilkan pada layar LCD kamera dengan
memperbesarnya sebanyak mungkin. Hal ini sering diperlukan untuk beralih ke
fokus manual dan menemukan pengaturan yang benar dengan trial and
error. Jika DSLR yang memiliki mode live-view, jauh lebih tepat
daripada fokus melalui eyepiece.[11]
c. Kecepatan
ISO[12]
Sensor di DSLR dapat diatur untuk meniru sensitivitas film dengan
kecepatan ISO mulai dari sekitar 100 sampai 1600 atau bahkan lebih. Pengaturan
ini bervariasi dengan amplifikasi yaitu diaplikasikan pada sinyal analog yang
keluar dari sensor. Pengaturan ISO relatif atau tergantung keadaan cahaya
objek.[13]
Setting kecepatan ISO pada DSLR sebenarnya adalah perolehan dari amplifier.
Astrofotografi DSLR sering menggunakan ISO pada angka 400, kecuali pada
objek-objek yang gelap, maka dapat dinaikkan dan diturunkan pada objek yang
terang.[14]
Menurut Thierry Legautl dalam astrofotografi harus menghindari pengaturan ISO
tinggi; dan di anjurkan untuk menggunakan pengaturan ISO antara (ISO 200 sampai
1600).[15]
d.
Exposure
Di antara banyak fungsi kamera, salah satunya yang terpenting adalah
mode exposure[16].
Dalam astrofotografi, exposure bisa melebihi 1
detik dengan selisih substansial dan angka yang digunakan untuk mewakili waktu
yang lebih lama ini juga dapat dinyatakan sebagai perkiraan untuk kekuatan dua:
1 detik, 2 detik, 4 detik, 8 detik, 15 detik, 30 detik, 60 detik atau 1 menit,
2 menit, 4 menit, atau bahkan dalam hitungan jam.[17]
e. White Balance (keseimbangan warna)
Keseimbangan warna tidak penting dalam astrofotografi. Namun biasanya
mengatur white balance ke Daylight. Hal tersebut akan memberikan
keseimbangan warna yang sama pada semua citra. Pengaturan lain mungkin berguna
jika citra memiliki pemicu warna yang kuat karena polusi cahaya, atau jika
filter pemblokiran IR telah dimodifikasi. Biasanya, white balance adalah
sesuatu yang diperlukan saat memproses citra setelah pengamatan.[18]
2.
Teknik Astrofotografi Umum
Jenis-jenis astrofotografi yang kompleks membuat berbagai macam teknik
juga dalam astrofotografi, berikut ini akan dijelaskan teknik astrofotografi
yang umum dilakukan, di antaranya:
a.
Astrofotografi pada Mounting Kamera
yang Tetap
Sebuah kamera sederhana yang diletakkan pada tripod dapat menangkap rasi
bintang, bintang jatuh, meteor, konjungsi bulan dan planet, gerhana, dan benda
langit lainnya. Hamparan yang luas mungkin tidak dapat menangkap benda-benda
tersebut pada sudut sempit tanpa bantuan teleskop. Cara yang dilakukan untuk
menangkap objek di atas adalah dengan memasang kamera pada tripod tetap dan
mengambil pemaparan 10 detik melalui lensa 105 mm atau lebih. Gambaran minimal
hanya dapat terlihat pada 3x pembesaran.
Foto yang diambil saat senja atau saat Bulan bersinar terang
memungkinkan untuk menggunakan waktu pemaparan yang relatif singkat. Pelacakan
durasi pendek dari bintang dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk
dengan meregangkan tripod; perlahan menggerakkan tripod miring atau sandaran
lengan samping (di mana satu sumbu menunjuk ke arah kutub langit); atau
menggunakan slow motion (mode lambat). [19]
Dalam astrofotografi kamera harus ditempatkan pada tripod, karena tidak
mungkin mengambil foto dengan menggenggam kamera. Kecepatan rana selalu lebih
lama dari 1 detik. Satu peraturan fotografi mengatakan bahwa waktu pemaparan
genggam maksimum kira-kira sama dengan kebalikan dari panjang fokus lensa
(misalnya, 1/50 detik untuk lensa 50mm). Fitur penstabil gambar (antishake)
pada beberapa kamera dan lensa tidak efektif untuk kebanyakan astrofotografi,
maka harus dinonaktifkan saat penggunaan tripod. [20]
b.
Astrofotografi Piggyback
Astrofotografi Piggyback adalah dimana kamera benar-benar memiliki piggyback pada
teleskop. Jenis fotografi yang relatif sederhana ini memungkinkan untuk
memanfaatkan kemampuan pelacakan saat pemasangan teleskop (atau pelacak buatan)
untuk mendapatkan foto konjungsi, rasi bintang, benda langit besar yang lebih
besar (nebula), dan fitur langit malam lainnya. Dalam fotografi piggyback, dapat memanfaatkan berbagai macam lensa
kamera, mulai dari lensa yang sudutnya lebar hingga lensa tele.
Pemasangan piggyback tersedia untuk banyak teleskop dan memegang
kamera atau lensa dengan tripodnya. Jika lensa itu berat, perlu menggunakan
pelekatan yang kokoh dan untuk menyeimbangkan ulang mounting teleskop.
Dengan pemasangan ekuatorial mounting yang disejajarkan dengan hati-hati
pada tripod, eksposur panjang dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan
bidang pandang yang sama.[21]
Sebagian besar mounting teleskop bermotor dapat melacak dengan
cukup baik untuk mengambil foto berdurasi lama dengan sudut lebar atau lensa
normal, namun saat menggunakan lensa tele, sebaiknya mengokohkan posisi
sebelum pengambilan objek dan lacak penyesuaiannya. Jika teleskop yang dipasang
memiliki kontrol gerak lambat manual atau bermotor, maka dapat memperbaiki
kesalahan pelacakan dengan relatif mudah. Jika tidak bisa mencoba teknik
seperti ini, maka regangkan kaki tripod untuk mencapai hasil yang sederhana.
Ketika kedua teleskop dan kamera terpasang dan terkunci, maka dapat
menggunakan teleskop untuk memverifikasi keakuratan pelacakan. Idealnya, untuk memusatkan bintang di lensa mata yang
memiliki reticle[22]
dan pastikan gambar bintang atau objek tetap berada di tengah reticle
selama pemaparan. [23]
c.
Astrofotografi Dasar Melalui Teleskop
Sebuah teleskop (reflektor atau refraktor) adalah sistem modular tujuan
umum dimana banyak aksesori visual atau fotografi dapat dilampirkan. Beberapa
dari mereka dirancang untuk pelekatan kamera; yang lain membantu meningkatkan
atau mengurangi panjang fokus efektif teleskop, memungkinkan para astronom
untuk mencapai beberapa fleksibilitas lensa zoom yang mereka gunakan untuk fotografi
konvensional. Panjang fokus teleskop dapat dimodifikasi hanya dalam batas-batas
tertentu (beberapa bahkan tidak memiliki reduktor fokal yang tersedia) dan
tidak sesuai dengan nilai yang diinginkan.[24]
Dengan aksesoris yang tepat, teleskop yang bagus biasanya bisa digunakan
sebagai lensa kamera fokus panjang, yang
memungkinkan untuk memotret beragam objek astronomi. Gunakan teleskop
yang memiliki eyepiece yang bisa dilepas agar dapat disambungkan dengan
kamera. Penggunaan flip mirror (cermin balik) lebih, karena tidak perlu
untuk merubah eyepiece dan kamera.
Kebanyakan teleskop memiliki panjang fokus setidaknya beberapa ratus
milimeter. Sebuah focal length sekitar 600 mm atau lebih akan memberikan
gambar fotografi berguna seperti fase bulan. Dua kali panjang fokus akan mengungkapkan
rincian seperti kawah Bulan, karena Bulan cukup terang sehingga biasanya bisa
dipotret tanpa ada mounting ekuatorial atau drive sidereal.[25]
Dengan teleskop, pengamatan menjadi relatif mudah untuk mendapatkan foto
menarik dari fase Bulan, Bulan terbit, gerhana Bulan parsial, konjungsi, atau
okultisme benda lain di Bulan. Sebuah drive sidereal akan dibutuhkan
jika ingin menembak close up kawah Bulan atau menangkap fitur redup
seperti sinar matahari pada bulan sabit. Dengan filter solar yang tepat,
juga bisa memotret matahari. [26]
d.
Astrofotografi dengan Auxiliary Optics
Banyak benda angkasa memiliki ukuran sudut yang kecil sehingga teleskop
berukuran kecil hingga sedang tidak akan memberikan gambar yang cukup besar. Dalam
hal ini optik pelengkap dibutuhkan. Panjang fokus efektif teleskop dapat
ditingkatkan dengan optik tambahan seperti lensa Barlow[27]
atau teleconverter fotografi, namun penting untuk menunjukkan bahwa drive
sidereal (yang digunakan untuk melacak benda langit ) akan menjadi semakin
penting sebagai focal length yang efektif (dan menghasilkan ukuran
gambar) meningkat. Panjang fokus yang efektif dapat dikurangi dengan telecompressor
jika teleskop memiliki fokus belakang yang cukup.[28]
Fotografi planet-planet, yang memiliki ukuran sudut kecil, maka perlu
memperkuat panjang fokus teleskop untuk mendapatkan rincian lebih lanjut di
permukaan objek.[29]
Istilah "focal length efektif" digunakan dalam hubungan
dengan optik tambahan karena panjang fokus utama (atau langsung) dari teleskop
itu sendiri biasanya tidak berubah saat menambahkan optik pelengkap. Ketika
teleskop digabungkan dengan optik tambahan, kombinasi ini memberikan panjang fokus
keseluruhan yang berbeda.
Perpanjangan yang lebih ekstrem dalam focal length efektif dapat
dicapai dengan menggunakan lensa mata teleskop untuk bertindak sebagai lensa
pembesar pada gambar. Teknik ini biasa disebut sebagai "proyeksi lensa
mata".
Metode lain untuk meningkatkan focal length efektif adalah dengan
menggunakan metode "afocal", yaitu mengarahkan kamera dan
lensa ke lensa mata pengamat. Ada banyak keuntungan dari metode ini, termasuk
fakta bahwa pengamat dapat menggunakan kamera CCD atau kamera video yang
memiliki lensa terpasang secara permanen.[30]
e.
Deep Sky Astrophotography Melalui Teleskop
Deep sky astrophotography memerlukan waktu pemaparan yang dapat bervariasi mulai dari beberapa
menit hingga beberapa jam. Focal length yang efektif dari teleskop akan
memiliki dampak langsung pada berapa lama pemaparan akan diminta untuk memotret
objek tertentu. Sebuah teleskop dengan aperture yang lebih besar akan
memberikan gambar yang lebih baik untuk CCD, diafragma, dan exposure
yang setara. Telecompressors tersedia untuk beberapa teleskop.
Kombinasi waktu pemaparan yang panjang dan panjang fokus yang panjang
memberlakukan tuntutan yang signifikan terhadap akurasi pelacakan saat
pemasangan teleskop. Akurasi pelacakan yang dibutuhkan untuk citra yang bagus
dapat dengan mudah melampaui akurasi mekanis bahkan sistem penggerak teleskop
komersial terbaik.
Tehnik ini memerlukan aksesori yang sesuai untuk masing-masing teleskop.
Astrofotografi dipandu melalui teleskop yang relatif menuntut dalam hal
peralatan minimal. Kebanyakan pengamat menggunakan sumbu off-axis atau
cakupan panduan terpisah. Sistem pemandu lainnya termasuk pemisah balok,
reflektor membimbing aperture parsial (yang memiliki reflektor cukup
kecil sehingga hanya menyadap bagian kerucut cahaya dari teleskop), atau
lampiran berganda, fungsi ganda (seperti Versacorp Dia Guider yang
dipatenkan) dua kali lipat sebagai penyerang off-axis.[31]
[2] Eyepiece adalah lensa atau sistem
lensa pada alat optik yang paling dekat dengan mata. Ini biasanya menghasilkan
gambar yang diperbesar dari gambar sebelumnya yang dibentuk oleh instrumen.
Lihat http://www.oxfordreference.com,
kata kunci “Eyepiece”. Diakses pada tanggal 06 februari 2018, pukul
09.05 WIB.
[3] Michael A. Covington, Practical Amateur
Astronomy; Digital SLR Astrophotography, (New York: Cambridge, 2007), PDF
e-book, 3-4.
[4] Michael A. Covington, Digital SLR
Astrophotography, (New York: Cambridge University Press, 2007), 5.
[7] Shutter Speed adalah kecepatan bukaan
rana yang dapat mempengaruhi pencahayaan yang sempurna, mengontrol blur, dan
membuat efek yang menarik. Lihat http://www.oxfordreference.com,
kata kunci “Shutter Speed”. Diakses pada tanggal 07 Februari 2018, pukul
10.00 WIB.
[8] Aperture atau Diafragma adalah dinding
tipis berlubang kecil bundar untuk mengatur masuknya cahaya (pada teropong atau
kamera). Lihat Deartemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar ..., 230.
[12] ISO adalah ensitivitas cahaya pada sensor.
ISO tinggi berarti sensor akan lebih sensitive pada cahaya, begitupun
sebaliknya. Lihat http://www.oxfordreference.com,
kata kunci “ISO”. Diakses pada tanggal 13 Februari 2018, pukul 13.00 WIB.
[16] Exposure adalah istilah dalam
fotografi yang mengacu kepada banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau
sensor gambar) dalam proses pengambilan foto. Lihat id.wikipedia.org, kata
kunci “Exposure”. Lihat juga
Joyce M. Hawkins, Kamus Dwibahasa; Oxpord-Erlangga, (Jakarta: Erlangga,
1996), 117, bahwa Ekposure adalah pembukaan; pembongkaran. Dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary disebutkan bahwa exposure adalah lamanya
cahaya yang diizinkan mencapai film saat mengambil foto, seperti; kami
menggunakan eksposur yang lama; sebuah meteran eksposur, Lihat A. S Hornby, Oxford
Advanced Learner’s Dictionary, (New York: Oxford University Press, 1995),
407.
[22] Reticle adalah aparatus terdiri dari
tampilan grid secara vertikal dan horizontal. Lihat http://www.oxfordreference.com, kata
kunci “Reticle”. Diakses pada tanggal 13 Februari 2018, pukul 21.00 WIB.
[25] Drive Sidereal adalah sebuah drive
bermotor yang digunakan untuk membuat jejak teleskop di langit saat Bumi
berputar. Lihat en.mimi.hu, kata kunci “drive sideral”. Diakses pada
tanggal 13 Februari 2018, pukul 21.56 WIB.
[27] Lensa
Barlow merupakan lensa yang divergen (bercabang atau dua), ditempatkan
di depan titik fokus teleskop untuk memperbanyak pembesaran lensa mata. Lensa Barlow
yang khas secara efektif menggandakan panjang fokus teleskop, oleh karena itu
akan menggandakan kekuatan lensa mata. Nilai itu bisa agak bervariasi dengan
mengubah jarak antara Barlow dan lensa mata. Ini ditemukan pada tahun
1834 oleh fisikawan Inggris dan matematikawan Peter Barlow (1776-1862). Lihat http://www.oxfordreference.com, kata
kunci “barlow lens”. Diakses pada tanggal 14 Februari 2018, pukul 08.00
WIB.
0 Comments