Konsep Dasar Segitiga Bola



Trigonomeri adalah cabang ilmu geometri yang sangat penting. Ilmu Ini dapat juga dikatakan sebagai ilmu ukur segitiga. Dalam bentuk yang elementer (dasar), praktik trigonometri biasanya dimanfaatkan orang-orang untuk membantu mereka dalam bidang astronomi, pelayaran, dan survei. Trigonometri ini kemudian menjadi semakin penting dan memiliki cakupan yang luas dengan dikembangkannya trigonmetri analitik, fungsi trigonometri, dan trigonometri bola.[1]
Bola (sphere) adalah benda tiga dimensi yang unik, dimana jarak antara setiap titik di permukaan bola dengan titik pusatnya selalu sama. Permukaan bola itu berdimensi dua. Karena Bumi sangat mirip dengan bola, maka cara menentukan arah dari satu tempat (misalnya masjid) ke tempat lain (misalnya Ka’bah) dapat dilakukan dengan mengandaikan Bumi seperti bola.
14.1.Lingkaran Besar dan Lingkaran Kecil di Permukaan Bola
Bola adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari pusat bola itu. Salah satu aplikasi astronomi adalah menentukan posisi titik-titik di permukaan bumi, yaitu: lintang, bujur, waktu, dan azimut. Garis yang menghubungkan dua titik pada permukaan bola dapat dibentuk menjadi lingkaran besar maupun lingkaraan kecil.
Lingkaran besar merupakan lingkaran bola yang mana titik pusatnya sama dengan titik pusat bola, dan garis tengahnya sama dengan garis tengah bola. Dengan demikian, jari-jari lingkaran besar sama dengan jari-jari bumi. Jika dua titik pada permukaan bumi berada pada bidang yang sama dengan pusat bola, maka irisan yang terbentuk adalah lingkaran besar. Bola bumi mempunyai banyak lingkaran besar, diantaranya adalah meridian bumi, lingkaran-lingkaran garis bujur, lingkaran khatulistiwa atau ekuator bumi.[2]
Gambar 14.1. Lingkaran besar
Sedangkan lingkaran kecil bukanlah merupakan lingkaran bola, melainkan irisan pada permukaan bola yang dibentuk oleh bidang datar yang tidak melalui pusat bola. Dengan demikian jari-jari lingkaran kecil lebih kecil dari jari-jari bumi. Lingkaran bola kecil pada bumi merupakan gambaran dari garis lintang bumi.
Gambar 14.2. Lingkaran kecil

Apabila tiga buah lingkaran besar pada permukaan sebuah bola saling berpotong-potongan, terjadilah sebuah segitiga bola.[3] Segitiga bola adalah bagian dari permukaan bola yan dibatasi oleh tiga jarak sferis[4].
Gambar 14.3. Perpotongan tiga lingkaran besar membentuk segitiga bola

Ketiga titik potong dari ketiga lingkaran besar pada gambar di atas merupakan titik sudut A, B, dan C. Sisi-sinya berturut-turut dinamakan sisi a, b, dan c, yaitu yang berhadapan dengan sudut A, B, dan C. Adapun ketentuan di dalam segitiga bola adalah sebagai berikut.
180˚ < α + β + γ < 540˚
α + β < γ + 180˚
β + γ < α + 180˚
α + γ < β + 180˚
0˚ < a+b+c < 360˚
a < b+c
b < a+c
c < a+b
a = b ↔ α = β
a > b ↔ α > β
14.2.Rumus Dasar dalam Segitiga Bola
Gambar 14.4. Segitiga Bola ABC
Jika tiga buah lingkaran besar pada permukaan sebuah bola saling berpotongan, terjadila sebuah segitiga bola. Ketiga titik potong yang terbentuk, merupakan titik sudut A, B, dan C, besar masing-masing sudut segitiga bola itu pun dinamakan A,B dan C.[5]
Sisi-sisinya dinamakan berturut-turut a, b, dan c yaitu yang berhadapan dengan sudut A,B, dan C. Untuk mencegah kergau-raguan, sisi-sisi itu biasanya diambil yang besarnya kurang dari seperdua lingkaran. Ilmu ukur segitiga bola mempersoalkan hubungan-hubungan diantara unsur-unsur di dalam segitiga bola. Dua dalili yang terpenting ialah:
a.    Dalil cosinus:
b.    Dalil sinus:
 =
Dari mana kah kedua persamaan di atas diperoleh. Berikut ini akan diuraikan penjelasannya.


14.3.Penurunan Rumus Dalil Cosinus
Umpamakan 0 titik pusat sebuah bola, dan ABC sebuah segitiga bola pada permukaan bola itu. Dari titik sembarangan P pada OB dibuat garis tegak lurus pada bidang OCA yang jatuh pada titik Q. Dari titik Q dibuat garis tegak lurus pada OC dan OA yaitu berturut-turut garis QR dan QS. Sudut AOC yang besarnya=b, dibagi dua oleh garis OQ menjadi dua bagian yang besarnya masing-masing d dan (b-α).
Gambar 14.5. Bagian-Bagian Segitiga Bola[6]
Dalam segitiga siku-siku OQS:
 atau
 atau
Dari kedua persamaan di atas, diperoleh:
               
OS cos (b-d) = OR cos d                                  (i)
Dalam segitiga OPS:
OS = OP cos c                                                     (ii)
Dalam segitiga OPR:
OR = OP cos a                                                     (iii)
Masukkan persamaan (ii) dan (iii) ke persamaan (i), dituliskan sebagai berikut:
OP cos c cos (b-d) = OP cos a cos d
                Cos c cos (b-d) = cos a cos d
Cos c (cos b cos d + sin b sin d) = cos a cos d
Cos a cos d = cos b cos c cos d+ sin b cos c sin d
                Cos a= cos b cos c+ sin b cos c tg d                                            (iv)
Dalam segitiga OQS:
 
                                    (v)
Jika harga (v) dimasukkan ke dalam persamaan (iv) diperoleh:
cos a= cos b cos c+ sin b cos c tg c cos A atau:
Cos a= cos b cos c + sin b sin c cos A
Dalil cosinus di atas juga berlaku untuk:
cos b = cos a cos c + sin a sin c cos B
cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C
14.4.Penurunan Rumus Dalil Sinus
Dalil sinus diturunkan dari hukum cosinus.[7]
Bila kedua bagian dikuadratkan, diperoleh:

Bagian kedua persamaan ini bentuknya simetris, karena a,b,c timbul dalam keadaan-keadaan yang serupa, berhubungan dengan itu dapat dituliskan:
Oleh karena sudut-sudut dan sisi sebuah segitiga bola selalu kurang dari 180o, maka sin a, sin b, sin c, sin A, sin B, dan sin C aemuanya bertanda positif jadi boleh dituliskan[8]:
 =



[1] Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung: PT. Refika Adiatma, 2007)h. 5.
[2] Slamet Hambali, Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013, hlm. 12.
[3]A. Jamil, Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi Arah Qiblat, Awal Waktu, dan Awalntahun Hisab Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2009, hlm. 55
[4]Busur terpendek yang menghubungkan dua titik pada lingkaran besar, yang besarnya lebih kecil dari pada 180o disebut Jarak sferis. Panjang busur dinyatakan dalam derajat atau radial. Jaraknya  < 1800 radial.

[5] M. Sayuthi Ali, Ilmu Falak 1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, hlm.83.
[6] Sayuthi,... hlm.84.
[7] Sayuthi,...hlm.84-85.
[8] Sayuthi,...hlm.86-87.

Post a Comment

0 Comments